Siang itu Rani dengan
Egy sudah resmi kembali menjalani hubungan seperti dulu lagi. Betapa bahagianya
kedua insan tersebut. Mereka berjanji akan merubah diri dan tak akan sepertui
dahulu lagi yang bisa menghancurkan hubungan mereka. Pendirian itu lebih di
prinsipkan oleh Rani. Gadis itu begitu mencintai Egy, baginya Egy segalanya.
Egy yang mampu membangkitkan semangatnya seperti dhulu lagi. Akibat ulah plin
plan dan ketidakpastian Tian keopada Rani. Dari situ Rani merasa Egy adalah
malaikat penghibur yang di turunkan Tuhan khusus untuknya.
Hari itu adalah hari pertama bagi
siswa siswi SD, SMP, dan SMA, menikmati hari libur setelah berjuang demi memperindah
nilai raport mereka dengan nilai yang bagus. Sejak rani dengan Egy putus, Rani
kurang tahu dengan gaya hidup Egy yang baru. Ternyata Egy berubah. Meski mereka
tetap dekat namun Rani belum memasuki seluk beluk kehidupan Egy yang baru.
Karena Rani rsa itu bukan hak dia lagi.
***
Tiga hari kemudian, Rani ingin
bertemu dengan Egy, ia pun menelfon Egy pada saat itu juga.
“ya, hallo.” Sapa Egy dari seberang
sana.
“hallo, Gy, kita bisa ketemuan gak?
“
“hari ini?”
“iya, bisa ngga?”
“waduh sorry Ran, aku ngga bisa, aku
mau ke studio”
“ngapain Gy?”
“mau ngumpul sama anak anak
fotografer. Aku kan mulai ikut itu.”
“emang itu nyangkut plajaran?
Bukannya kamu suka nggambar yah?”
“ngga sih, aku Cuma mau tau aja
kehidupan anak fotografer itu kaya apa. Iya , tapi kan nggak salah kalo aku
juga mau ikutan”
“iya sih, jadi ngga bisa nih?”
“iya, maaf yah sayang. Kalo ada
waktu ntar Aku ke rumahmu deh. Oke “
“hmm, ya sudah deh.”
Telefon pun berakhir, Rani sedikit
kecewa, Egy begitu sibuk dengan urusan fotografernya. Sudah tiga hari ini Egy
tidak pernah ada waktu untuk Rani. Rani
pun sharing pada salah satu sahabat Egy, cowok itu bernama Zeva, dan selama Egy sibuk dengan urusan barunya
Zeva lah yang menemani Zani. Dan pada hari ini Zeva berjanji akan mengajak Rani
jalan, sebagai pengganti Egy. Meskipun Zeva tahu, Rani tak akan menggantikan
kebahagiaan yang di beri oleh Egy, jika Egy mau menemani Rani jalan jalan.
Siang itupun Zeva datang ke rumah Rani.
“siang tante, Raninya ada kan?”ucap
Zeva pada Mama Rani yang menyambut kedatangannya.
“ohh, nak Zeva, Rani nya ada kok,
lagi ganti baju, tunggu sebentar ya” ujar Mama Rani seraya tersenyum manis pada
Zeva.
“ohh, iya tante”
“silahkan duduk dulu nak, mau minum
apa?”
“oh, ngga usah tante, paling Cuma
sebentar aja saya kesini. Saya mau ngajak Rani jalan tante.”
“emangnya mau ke mana Zev?”
“Cuma mau keliling keliling aja kok
tante , sekalian mau liat pameran buku di BSB.”
“ohh, ya sudah kalau begitu, paling
sebentar Rani turun, tante masuk dulu ya Zev.”
“iya tante, makasih.”
“iya tante, makasih.”
”iya nak, sama sama”
Mama Rani pun menghilang masuk, sekitar
5 menit kemudian, Rani keluar , ia sudah siap untuk pergi dengan Zeva.
“ayok Zev, aku udah siap” ujar Rani
lembut.
“oyaudah ayok deh”
***
“tadi lama ya nunggu aku?” Rani buka
mulut kebih dulu, setelah mereka sampai di BSB.
“ah, ngga kok, sebentar aja. Tadi
aku nuga sempet ngobrol singkat dulu sama Mama kamu.”
“oh, hhe, ya sudah kalo gitu. Maaf
yah kalo harus nunggu dulu.”
“iyya gak pa-pa lagi Ran.”
Setelah mereka keluar dari pameran
buku, mereka pun masuk ke dalam café, mereka berbincang begitu dekat. Dan
seringkali mereka tertawa renyah.
J
Rani merasa Zeva bukan hanya sekedar
sahabatnya saja. Zeva begitu perhatian pada Rani. Bahkan melebihi Egy yang
selama ini menghilang dari peredaran kehidupan Rani. Rani sebenarnya merasa
kehilangan Egy, namun apa daya tak ada waktu sedikitpun yang di luangkan Egy
untk Rani. Bahkan terkadang handphone Egy tidak aktif atau mailbox. Rani tetap
berusaha sabar. Ia tak ingin membuat masalah baru dengan Egy, karena mereka
baru beberapa hari menjalin kembali hubungannya. Hingga seperti pada hari ini.
Rani jatuh sakit, ia mencoba menghubungi Egy, namun nomor Egy sedang berada di
luar jangkauan. Dan akhirnya ia pun menghubungi Zeva. Karena kebetulan Mama dan
Papa Rani sedang berada di luar kota untuk beberapa minggu dan tidak bisa
pulang mendadak.
“hallo Zev”
“iya Ran, ada apa kok pagi pagi sudah nelfon?”
“Zev, kamu bisa nggak sekarang ke
rumahku?”
“loh, emang kenapa Ran?”
“aku sakit Zev. Tapi ngga ada orang
di rumahku”
“iya deh, ntar aku kesana. Tunggu
yah Ran”
Lima belas menit kemudian Zeva
datang. Ia menemani Rani dari pagi hingga malam, ketika Rani akan tidur, Zeva
mengecup kening Rani terlebih dahulu, jantung Rani berdegup kencang. Apa yang
di rasakan Rani saat ini?. Setelah Rani terlelap Zeva pun pulang.
“mba’ Min, Rani udah tidur di atas,
aku pulang dulu yah. Nanti kalo ada apa apa telefon aku aja. Nanti aku ke
sini.” Kata Zeva pada pembantu Rani, ketka selisihan di tangga rumah Rani.
“iya mas. Kenapa mba’ Minah nggak
telefon mas Egy aja? Kan mas Egy pacarnya mba’ Rani.” Tanya mba’ Minah pada
Zeva, seketika Zeva terkesiap mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar
dari bibir mba’ Minah.
“emm.. anu.. si Egy, lagi sibuk.
Jadi dia nggak bisa nemanin Rani.”
“ohh, iya deh mas nanti mba’ Minah
telefon mas Zeva saja
kalau ada apa apa.”
“ya udah, makasih ya mba’. Aku
pulang dulu mba’. Assalamualaikum.”
“ ia mas. Waalaikum salam”
Ketika di perjalanan menuju rumah,
Zeva bertemu dengan Egy di jalan. Dan mereka pun berhenti sejenak.
“dari mana kamu Zev, malam malam
gini?” sapa Egy membuka perckapan di antara mereka.
“umm, dari jalan jalan aja. Kamu
sendiri dari mana?” jawab Zeva, dewngan berbohong pada Egy. Ia tidak ingin Egy
mengetahui bahwa ia baru saja pulang dari rumah Rani. Mungkin belum saatnya
Egy tahu bahwa aku lah yang menemani
Rani ketika Egy sedang sibuk. Ungkap Zeva dalam hati.
“itu dari studio, nih.. hehe” jawab
Egy cengengesan.
“ohh, kamu gak pernah ketemu Rani
lagi?” selalu dengan nada datar Zeva berbicara dengan Egy.
“ngga eh, selama liburan ini kayanya aku ngga bisa dulu ketemu dia.”
Akhirnya Egy dapat berbicara serius, mesakipun tidak sepenuhnya.
“nggak kangen emang?” ekspresi cool yang menjadi ciri khas sosok Zeva,
masih terpampang rapi di wajah laki laki remaja yang mempunyai raut muka yang
manis.
“kangen lah Zev, tapi mau gimana
lagi? Aku lagi sibuk banget sih. Jadi aku harus bagi waktu juga.” Penjelasan
Egy yang sama sekali tidak Zeva terima, karena menurutnya alasan itu tidak
pantas, tak pernah ada sedetikpun waktu yang Egy luangkan untuk Rani, meski
hanya untuk menanyakan kabar.
“bukannya kamu nggak pernah ada
waktu ya buat Rani. Sampai sampai kabarnya baik atau engga saat ini saja kamu
nggak tahu. Pacar macam apa kamu Gy? Setau ku kamu bukan tipe cowok yang kaya
gitu. Tapi, sejak kamu kenal dunia fotografi. Kamu berubah total.” Sanggah Zeva
tentang alasan Egy yang tadi. Egy hanya mampu terdiam. Membisu. Dan bungkam. Egy
pun juga membisu. Ia ingin mendengar penjelasan dari Egy, yang mungkin akan
menjadi pembelaan dirinya tentang pernyataan yang di lontarkan Zeva tadi.
“nggak gitu juga Zev, aku mau
hubungin Rani, tapi di studio jarang ada sinyal. Jadi aku sulit buat sekedar say hello sama Rani. SedangKan aku aja
pulangnya malam gini. Kamu tahu sendiri kan?” ternyata dugaan Zeva memang
benar. Egy akan mengeluarkan pembelaan dirinya.
“ya sudahlah itu urusanmu. Sudah
malam nih aku pulang dulu yah. Bye” Zeva tidak ingin memperpanjang masalah. Dan
ia memutuskan mengakhiri pembicaraannya dengan Egy.
“i.. iya deh.” Jawab Egy.
Saat Egy sampai di kamarnya. Ia langsung
merebahkan dirinya di atas kasur kesayangannya. Egy masih terbayang bayang
perkataan Zeva tadi. Bagaimana kabar Rani sekarang ya?. Ungkap Egy dalam hati.
Sesungguhnya Egy sangatlah menyayangui Rani, namun ia juga tidak bisa berhenti
dari kehidupannya yang sekarang. Dua hal itu sangat berarti bagi Egy, dan Egy
tidak bisa meninggalkan salah satu dari dua pilihan itu. Egy memang sosok
sahabat yang solider. Itun sebabnya ia sulit untuk memilih. Dan Egy pun berkata
dalam hati. “sabar sayang, aku nggak
bakal selamanya kayak gini. Mungkin seminggu ini aku memang sibuk. Tapi aku
janji setelah ini aku bakal nemenin kamu, dan ada saat kamu butuh aku. I LOVE
YOU RANI”. Lalu setelah itu, Egy pun memejamkan matanya. Dan ia pun
terlelap dalam tidurnya.
J
Hari ini, hari terakhir libur. Zeva
berniat mengajak Rani jalan jalan ke taman, tubuh Rani masih kurang fit. Namun,
tujuan Zeva agar, Rani dapat menghirup udara
segar di luar sana.
“udah siap Ran?” Egy berbicara ketika
Rani keluar dari dalam rumahnya.
“udah nih Zev, ayokk deh, aku pingin
banget keluar. Sumpek tiga hari di rumah melulu.” Ujar Rani pada Zeva dengan
tidak sabar.
“iaia Ran, sabar. Tapi nanti kalo ada
apa apa, atau kamu pusing bilang ke aku yah” Zeva berpesan pada Rani.
“oke Zev, ngga usah khawatir. Aku baik
baik aja kok” jawab Rani, seraya tersenyum manis, hingga kedua lesung yang
terdapat di ke dua sisi pipinya terlihat jelas, dan begitu dalam.
Sesampainya mereka di taman, Zeva dan
Rani pun mengelilingi taman itu. Banyak hal yang mereka lihat beredua. Dari
suami yang menemani isterinya keliling untuk berolahraga karena ssedang
mengandung, kakek dan nenek yang telah berusia lanjut masih terlihat mesra
layaknya pasangan yang baru saja menikah, anak anak kecil yang bermain di
tengah taman, hingga sepasang kekasih yang sedang ribut entah karena masalah
apa.
Mereka begitu menikmati suasana pagi
yang cerah itu. Saat mereka sedang berjalan, Rani merasa pandangannya kabur, ia
seperti ingin pingsan. Ia pun memberitahu Zeva tentang keadaannya sekarang.
“Zev, aku pusing nih” kata Rani seraya
memegang kepalanya yang terasa ingin pecah itu.
“hah! Iya kah? Sini sini sudah Ran.
Duduk dulu” Zeva spontan menuntun Rani duduk di bangku terdekat mereka.
“nih, minum dulu.” Zeva menyodorkan
sebotol kecil air mineral.
“iya, makasih ya Zev” kata Rani,
sereya tersenyum kecil pada Zeva.
Setelah Rani membaik, mereka
berbincang bincang lagi, namun dengan posisi duduk, tidak jalan seperti tadi.
Tiba tiba, Egy muncul di hadapan mereka. Rani dan Zave pun terkaget.
“ngapain kalian disini!?” kata Egy tanpa basa basi dengan nada tinggi.
“ng… nggak ngapa ngapain kkok.” Jawab
Rani tergagap gagap.
“nggausah bohong deh. Kalian itu mesra
banget tau nggak? Aku udah perhatiin dari tadi. Aku kecewa sama kalian!.” Kata
Egy dengan nada yang lebih keras. Lalu berniat meninggalkan Rani dan Zeva
berdua. Zeva yang sedarti tadi diam dan bungkam. Tiba tiba ia menarik tangan
Egy.
“jangan egois Gy jadi cowok!.” Ucap
Zeva dengan nada datar.
“siapa yang egois bro? kamu atau aku? Kamu itu nusuk dari belakang tau
nggak?!” maki Egy tepat di depan wajah Zeva ia berbicara seperti itu. Kemudian
Egy melanjutkan pembicaraannya “kamu udah buat aku kecewa Zev, aku kira kamu
sahabat yang baik. Tapi apa? Kamu tarik juga gebetan ku. Selama ini aku udah
percaya sama kamu Zev. Aku memang udah curiga dari awal kamu ada rasa sama Rani,
tapi aku buang jauh jauh itu fikiran, eehhh, ternyata itu FAKTA! Shiitt loe
mament… “
“SSSTOOPPP!!!!! Stop loe maki Zeva Gy.
Loe memang egois. Loe nggak pernah ada saat gue butuh Gy. Loe nggak
tau kan gue sakit? Tapi loe tau kalo kamera loe lecet. Ini liburan Gy! kita
juga baru balikan!. Harusnya hubungan kita lagi hangat hangatnya. Tapi nggak
sama sekali! Yang nemenin gue saat loe gak ada thu Zeva, harusnya loe berterima
kasih sama Zeva, karena dia gue nggak kesepian. Gue ada teman.” Rani berhenti
sejenak untuk mengatur nafas, lalu ia melanjutkan lagi “bukannya loe malah maki
maki dia kaya gini. Loe tau? Zeva yang nasehatin gue biar gue tetap nunggu loe,
karena Zeva tau gimana loe sayang sama gue, tadinya gue mau nyerah lagi. Tapi
Zeva yang ngurunin niat gue. Loe mana tau soal itu. Loe tuh lebih mentingin
FOTOGRAFI loe itu. Hah, gue kira malah loe udah lupa kalo loe udah punya gue
lagi!!.”
Sejenak suasana hening, para
pengunjung taman pun terdiam menyaksikan kejadian ini. Kepala Egy tertunduk
sejenak. Egy meratapi semua perkataan Rani yang baru saja terungkap dari bibir
Rani. Dan akhirnya Egy tersadar. Kemudian Egy angkat bicara.
“oke, aku tau aku salah. Maafin aku
Ran. Aku tau aku egois. Tapi bukannya aku nggak hirauin kamu, tapiaku memang
lagi sibuk banget. Di studio jarang ada sinyal jadi aku susah buat hubungin
kamu. Aku juga pulang malam banget. Maafin aku Ran, aku salah nggak ada di saat
aku butuh, dan sampe sampe aku nggak tau kalo kamu sempet sakit. Aku sayang
kamu Ran, aku nggak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya lagi. Pliiss
maafin aku Ran, aku janji gak bakal nguilangi kaya gini lagi. Dan kalo perlu
aku berenti dari klub fotografi itu.” Egy memohon pada Rani agar rani mau untuk
memaafkan Egy.
“iya, aku maafin kamu, aku juga sayang
banget sama kamu. Aku juga nggak mau kejadian dulu terulang lagi. Aku nggak mau
kehilangan kamu.” Egy spontan memeluk Rani, Rani pun membalas pelukan Egy itu.
Zeva yang sedari tadi hanya memasang wajah cool-nya
itu, kini tersenyum kecil melihat kejadian itu. Sesungguhnya hati Zeva amat
sangatlah perih. Namun, ia bukanlah siapa siapa. Tugasnya telah usai, Rani
telah kembali pada Egy, dan Egy pun berjanji tidak akan mengulangi lagi. Ia
rela melepas Rani untuk sahabatnya itu.
“Zev, maafin aku ya, tadi aku sudah
memaki maki kamu. Dan thanks banget
udah nemenin Rani, ngejagain Rani, selam aku nggak ada” ucap Egy pada Zeva, lalu
ia merangkul Zeva, sebagai tanda perdamaian di antara mereka
“iya nggak pa-pa kok Gy. Maafin aku
soalnya aku nggak bilang kamu kalo aku yang nemenin Rani selama ini.” Jawab Zeva seraya tersenyum pada Egy.
Meski hati Zeva perih namun ia sadar
tak mungkin ia memiliki Rani sepenuhnya, karena Egy lebih dulu memiliki Rani. Zeva
mencoba berlapang dada untuk menerima keputusan Rani. Sesungguhnya ini adalah keputusan terberat
Rani, karena biar bagaimanapun Zeva telah mengisi hatinya selama Egy sibuk, tak
mudah melupakan Zeva. Namun Rani sadar tak mungkin ia memiliki Zeva, meski
hubungannya berakhir dengan Egy, karena Zeva bukan tipe laki laki yang seperti
itu. Mereka memutuskan untuk tetap bersahabat seperti dulu. Dan, membuang jauh
jauh kisah mereka selama ini. Namun tetap terkenang di hati. Hingga saat ini
belum ada di antara mereka yang mengungkapkan perasaan satu sama lain. Namun
mereka merasakan perhatian dari masing masing pihak. J
No comments:
Post a Comment